Madura(kepulauan)memasuki jaman hedonis


Terdapat beberapa asumsi yang menyebabkan masyarakat kepualuan meninggalkan kebudayaan nenek moyangnya. budaya madura umumnya tidak jauh beda dengan masyarakat kepulauan meskipun masyarakat kepulauan sendiri belum menyadari adanya degradasi yang semakin hari hilang. Budaya yang ditanam masyarakat kepulauan adalah bentuk budaya sosial,moralitas kepesantrenan,dan perilaku ucap .

Berbagai pluralitas,gaya yang berkembang diantaranya gaya hedonis ,sebagai bentuk kemajuan ekonomi masyarakat kepulauan karena dipicu rata-rata masyarakat kepulauan dapat dibilang berhasil bekerja diluar negri(TKI/TKW). dari nilai positif dan negative masyarakat berlomba-lomba dengan sesama setiap kali kiriman baik lewat tangan manusia maupun lewat rekening sendiri. Positifnya,membantu kemajuan pendidikan putra-putri sampai kejenjang perguruan tinggi bahkan lebih. Namun tidak dapat dipungkiri biasanya penulis amati ketika perekonomian orang tua anak dinilai baik maka seringkali menyebabkan anak tersebut mengentengkan segala hal.kita amati saja penampilan putra-putri kepulauan yang sekolah atau kuliah diluar madura

Pertama,masuknya media televisi. Di madura sampai kedesa kepulauan terpencil yang bermeter-meter dari kota adanya kekolotan kemajuan modern. Missal jangan Tanya talk show. senitron cinta fitri,Manohara dan Romo dll maupun tayangan lifestyle baju artis terkenal.masyarakat kepulauan lebih mengenal itu ketimbang tayangan debat kandidat, negri impian (lih,program tvone) dan berita yang berkembang dinegri Indonesia.acara semacam berita biasanya banyak di Stasiun televise metrotv,tvone. seharusnya bagi masyarakat yang terpencil kemajuan sebagai alat informasi perkembangan desa tersebut.setidaknya tambahan kemajuan pendidikan tidak hanya teks-teks(buku ajar) yang lama namum berurutan sesuai kapasitas kemajuan konteks yang ada.

Kedua,rendahnya tingkat pendidikan. Masyarakat kepulauan lebih memilih tingkat kemajuan budaya westernisasi baik tingkat local yang menciptakan maupun barat itu sendiri.bukan cara mengembangkan kemajuan intelektual. missal artis Indonesia membawa gaya pakaian maichel jakcsen,atau artis barat. Bagaimana dengan cara mengikuti perkembangan informasi semisal mahkamah konstitusi(MK) yang akan meniadakan ujian nasional tahun ini atau perseteruan kasus sekandal bank century senilai 6,7triliun.

Mulai dari cara pandang masyarakat ,gaya hidup yang sesuai tokoh idaman menyebabkan budaya itu lentur sendiri.gaya saing-saingan terkadang ngutang demi menaikkan gengsi antar tetanga. Budaya madura mengajarkan nilai islami,social;solidaritas terhadap tetangga,tolong menolong. Budaya itu tidak pernah tercipta adanya tetapi dari beberapa kreasi,perasaan manusia,dan persaudaraan.yang berbaur sesama dan berbagi satu sama lain.begitu juga moralitas kepesantrenan, istilah kepesantrenan karena lebih akrab islami,sopan santun,welas asih yang memperlihatkan eksistensi pesantren. Nilai budaya madura sering dikenal pesantren sebagaimana segmen-segmen madinah sejarah dahulu terkenal tokoh religius,muslim sampai sekarang.

Masyarakat kepulauan penulis katakan berbudaya hedonis. memasuki era kemajuan modern masyarakat kepulauan ternyata sudah mulai mengkuti perkembangan. Media televisi setiap rumah sudah ada.tidak menutup kemungkinan ketika maraknya sex bebas di kepulauan atau maraknya perjudian,perampokan. Termasuk moralitas,perilaku ucap .

Ada semacam hantu-hantu yang membayang-bayangi perkembangan atau bahkan menggerus budaya lokal Madura tersebut. Yakni kecenderungan masyarakat lebih tertarik pada image-imagemassa dan teknologi informasi asing dari pada pada apa yang diwacanakan dan diserukan budayawan konservatif. budaya yang ditawarkan oleh media

pertama, kesadaran penuh kurang dan komitmen yang tinggi dari pemilik budaya tersebut. Kedua, pengembangan pendidikan dan strategi pembelajaran budaya lokal yang inten, sistematis, dan profesional. Ketiga, penguatan ideologi komunitas sebagai pengikat rasa memiliki bersama. Keempat, peningkatan komunikasi yang inten dan berkesinambungan, baik inter maupun intra generasi sebagai upaya transformasi format format sekaligus nilai-nilai budaya local(hantu-hantu nalar budaya lokal madura; fathor rahman jm*)

*****

walaupun tidak semarak Surabaya,Jakarta.tetapi kemungkinan besar masyarakat kepulauan menimang budaya luar madura. Hal itu semakin banyaknya generasi anak kepulauan yang menuntut ilmu di luar madura atau banyaknya masyarakat yang bekerja ke bali, Jakarta,ataupun luar negeri. banyak perubahan besar yang dibawa mereka kemudian melunturkan sendi-sendi budaya local. Terlepas dari semua itu hilangnya budaya madura dan kepulauan berarti hilangnya kepercayaan maupun jati diri madura yang asli. Anak madura(kepulauan) tidak lagi mengenal budaya rebbean,ngibe-ngibe,tolongan dan lainnya.

Oleh karena itu,bagaimana perkembangan zaman yang semakin maju budaya local juga bersaingan menghadirkan kemampuan bahwa budaya madura lebih efisien untuk mengawal maraknya westernisasi barat yang akan menyerang budaya local. Dampak tenaga kerja di kepulauan bukan lagi menutupi tingkat perekonomian,tetapi lebih memilih persaingan.dan kemungkinan adanya konflik gesekan yang tumbuh egoisme mencapai sukses. menghalalkan segala cara.yang peting anak dipesantren bisa sekolah,anak bisa sama dengan tetangga kuliah di jakarta.parahnya,mereka kawin lagi,menelantarkan anak dan istri bahkan laki-laki atau wanita yang bekerja dibali,Jakarta hingga keluar negri membawa penyakit HIV/AIDS.

Demikian santri kepulauan yang ada di pesantren.jangan anggap mereka tidak hedonis.konstruksi budaya hedonis santri lebih pada legalisasi kaffah(suci,murni agamis).kemudian mempengaruhi masyarakat yang ada,serta anak-anak lain walaupun sebatas memilih kualitas baju taqwa,sarung dan beberapa dampak eksotis lainnya, tetapi penulis anggap tetap itu budaya hedonis.






Pendidikan Tanpa Unas

Pendidikan tanpa Unas,sebenarnya tidak perlu. siswa yang berkualitas bukan dinilai dari hasil perolehan unasnya. keputusan mahkamah agung(MK) meniadakan ujian nasional tahun ini kemaren mendapat tanggapan serius dari berbagi instusi terkait.

Melihat sejak tahun-tahun kemaren sampai saat ini terselenggaranya ujian nasional sekolah (unas).pihak pemerintah,oknom cenderung menilai sebagai mutu kualitas lembaga pendidikan,bila hasil perolehan lembaga sekolah nilai unasnya tertinggi maka kualitas lembaga sekolah tersebut dikatakan berhasil. sebenarnya penulis masih mempertanyakan kebenaran kualitas pendidikan yang dilihat dari hasil ujian nasional yang di selenggarakan satu tahun sekali ?

Kita harus mengetahui ada siswa kurang pandai tapi ia bersungguh-sungguh untuk memperoleh kepandaian, ada siswa sangat pandai tetapi dalam aktivitasnya kurang bersungguh-sungguh karena ia hanya belajar seadanya saja pas waktu besok pelajaran sejarah.

Kita sering kali berapologi betapa sedihnya ketika siswa-siswa yang tidak lulus karena kurang berkonsentrasi dalam menyeleksi soal-soal ujian nasional. Padahal persepsi salah ketika menilai siswa dari catatan nasib tahunan itu(red unas) Ibarat tong kosong nyaring bunyinya, penulis kira banyak persoalan yang perlu dikorek secara dalam. Ungensitas kepandaian siswa belum menjamin kelulusan siswa. Sehingga masuk dominasi seleksi masuk perguruan tinggi negri tanpa tes, Nilai tinggi unas belum tentu sepandai yang ia peroleh .

Jadi ,siswa yang setiap hari banyak baca buku,menulis,diskusi dan segala macam orentasinya pada hal pengembangan intelektual kualat pesimis. Mereka sudah tidak berdaya melihat pengumumam hasil ujian,ada yang gantung diri,stress,psikologi jiwa tidak tahan menerima kenyataan.

Barangkali prosesi ujian nasional sekolah tidak perlu kita pertahankan untuk tahun ini . kita evaluasi dari kenyataan yang terjadi kemarin-kemarin,Maupun tidak rasionalnya tim independen dan pengawas.

Pertama ,Unas memang bukan solusi kualitas siswa dan standarisasi pendidikan. Kedua ,konspirasi negara,instansi atau pihak yang lain kegiatan unas dipandang sebagai data statistik(bermutu) yang valid menilai perubahan pendidikan maju dan tidaknya. Ketiga, pendidikan di indonesia masih tertinggal dari negara maju ,jika kita menilai Malasyia misalkan hasil ujian nasionalnya 6,5 sementara di indonesia 4,5 untuk mencapai 6,5 harus ngebot mencapai angka maksimal 6,0. Keempat,kalau ujian tahunan itu dinilai sudah pas mungkin sekolah yang ada di pelosok yang jauh dari prahara kemajuan tehnologi persoalanya akan menjadi sangat rumit.

Kelima, Kenyataan yang ada tidak sama dengan yang terjadi dilapangan .

Pihak sekolah

Diharapkan pihak sekolah yang lebih mengetahui keberadaan siswa dilapangan,semestinya mampu mengotokritik prosesi yang tidak menguntungan sama sekali ini .kadang bangga menilai keberuntungan sekolah atas nilai kepandaian yang diperoleh bukan subtansi sekolah pendidikan tersebut.

Jika memang keputusan MK final nanti maka pihak sekolah tetap mewanti para siswa mengembangkan pengetahuannya bukan hanya karena mau menghadapi unas. Tetapi menunjukkan kualitas yang sesungguhnya dari sekolah pendidikan itu. Biar tidak berdentum tong kosong nyaring bunyinya .

Tidak kesemuanya nilai positif Unas membuat siswa rajin belajar. Yang penting bagaimana dari pihak sekolah (guru,kepala sekolah dll) berkomitmen sejak awal agar terus mengembangkan ilmu pengetahuan tekhnologi(IMTEK) dan ilmu pengetahuan Iman dan Taqwa(IMTAQ).

Kita yakini,ujian nasional sekolah(UNAS) sebatas teori saja. Bahkan tidak ada bentuk implemaentasinya. Semoga kepandaian kita tidak salah memilih !






PENDIDIKAN INDONESIA

(polemic pendidikan pasca K Hajar dewantara)

“pendidikan tetap menjadi problem serius dengan tampilan hasil yang membingungkan. Demikian besar anggaran yang dikeluarkan untuk pendidikan ternyata hanya menciptakan sederet pengangguran yang semakin membebani(sujono samba,2007,23)”.

Pernyataan sujono diatas mengkritisi pendidikan indonesia kita, salah satu kunci utama yang akan menjalani perjalanan roda kehidupan bangsa dan negara ini yakni memperkaya sumber daya manusia. Faktor majunya suatu bangsa majunya pendidikan di negara itu sendiri. Pendidikan merupakan sarana konstruktif yang mampu menunjang pengetahuan generasi indonesia,selama ini pendidikan diwanti-wanti memberdayakan anak-anak mereka. Mereka menyakini pendidikan yang akan mengembleng dengan beberapa sarana prasarana kemajuan tehnologi modern.

Putra indonesia pernah menjadi perhitungan negara asia. Dekade dulu,malasyia dan singapura pernah bingung sebab putra indonesia pintar-pintar, tetapi tak berapa lama malasyia dan singapur bisa melebihi indonesia dalam segala indonesia(begitulah bahasa pas penulis maksud ). Pada masa pemerintah orde baru pendidikan sudah tidak mencerminkan kebebasan ,ada nilai dan faktor palsu untuk kekuasaan semata ,pendidikan menjadi impian kekuasaan .faktornya pertama,menguasai pendidikan maka mampu membendung kekritisan masyarakat yang mengancang otoritas kekuasaanya. Kedua, ekonomi. Pendidikan merupakan ajang bisnis pengelolaan sarana dan prasana dibentuk secara pasar. Hukum rimba akan dimenangkan kapitalis dan menundukkan masyarakat lemah. Ketiga, pendidikan adalah masalah pengaruh, jadi masarakat dapat dipengaruhi melalui pendidikan maka demikian menjadi semberdaya manusia, misal adanya diskriminasi ,kesataraan pihak laki dan perempuan bahkan konstruk semacam itu diyakini anak(sekolah) yang memiliki pengetahuan pengetahuan memang tidak punyak nilai tawar yang banyak ,perempuan tidak lebihnya adalah eselon peraabotan,dapur,atau karyawan laki-laki.

Sebagaimana UUD menyebutkan, ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pendidikan kebebasan semua pihak baik masyarakat lemah maupun pemerintah sendiri. Bagaimana pendidikan yang di yakini masyarakat benar-benar memberdayakan sember daya manusia. Berbeda pendidikan jepang dan eropa sekarang sudah menjadi imam. Nah,pendidikan di indonesia berupaya menggagas kualitas pendidikan dan mencanangkan pembiayaan 20% untuk kemajuan pendidikan di indonesia. Biaya 20% itu agar semua bangsa,masyarakat mencicipi pendidikan tanpa diskriminasi.

Kebijakan pemerintah diharapkan pertama, masyarakat miskin dapat bersekolah ,minimal 9 tahun anak indonesia bahkan sampai kejenjang perguruan tinggi. Kedua, anggaran 20% benar-benar menyentuh masyarakat miskin ,semua masyarakat bangsa indonesia punyak hak masing-masing memperoleh pendidikan. Ketika masyarakat tidak sekolah ,maka ini menjadi tanggung jawab pemerintah.

Kenyataan dilapangan sangat menyimpang sekali,terutama ditingkatan atas pemerintah dan lembaga sekolah. Pendidikan kita polemik, buakan rahasia umum ketika masa penerimaan siswa baru ternyata sekolah umum dan swasta banyak bisnessmen berjuba putih untuk mengkerut keuntungan dari masyarakat.

Mendidik pendidikan kita,meminjam kalimat Suhaidi Rb. sebelum rencana penuntasan perbaiakan kualitas pendikan di negri ini,sebaiknya perlu adanya rehabilitasi pada instansi,pemerintah, pihak menejemen dan stakholder yang lain supaya pendidikan lebih aman dan mudah untuk berkomitmen memimpikan kualitas pendidikan yang bagus.sengsaranya ,masih terdapat kesalahan baik menejemen pengelolaan,sistem pemerintah.dan pihak via-via pendidikan yang berkeliaran, setelah itu baru kita lkaksanakan pemutihan agar bagus dan berkualitas.

Sederet pertanyaan kebingungan masyarakat sampai sakarang ini tentang pendidikan indonesia?. diharapkan pembenahan yang baik yang memang prihatin terhadap pendidikan untuk mengembalikan masa K Hajar dewantara. Untuk menjadi orang cemas,bingung dan lemah kok harus dengan biaya mahal. Sebuah logika yang patut direnungi.[1]



®[1] . disampaikan dalam kajian mingguan kader komisariat STKIP PGRI Sumenep Indonesia

@2, oret-oretan tentang gambaran secara umum pendidikan di Indenesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sadeje